“Memikirkan Sebab-Akibat adalah Awal Menjadi Bijak: Makna Filosofis Hari Raya Pagerwesi sebagai Pagar Kebijaksanaan dan Kesadaran Diri”
Admin kesrasetda | 09 September 2025 | 26 kali
“Memikirkan Sebab-Akibat adalah Awal Menjadi Bijak,
Sebab Kebijaksanaan Tidak Lahir dari Imajinasi,
Melainkan dari Instrospeksi Diri.”
Hari Raya Pagerwesi, yang jatuh pada Rabu, 10 September 2025, merupakan salah satu hari suci penting dalam agama Hindu, khususnya di Bali. Dirayakan setiap 210 hari menurut kalender Bali (Wuku), Pagerwesi mengandung makna spiritual yang mendalam dan merupakan bagian dari rangkaian rerahinan Gumi atau hari raya untuk alam semesta.
Makna Filosofis Hari Raya Pagerwesi
Kata “Pagerwesi” berasal dari dua kata:
“Pager”, yang berarti pagar atau pelindung,
dan “Wesi”, yang berarti besi—simbol kekuatan dan keteguhan.
Dengan demikian, Pagerwesi secara simbolis dimaknai sebagai perlindungan yang kuat dan kokoh, baik secara lahir maupun batin. Pada hari ini, umat Hindu diingatkan untuk memagari diri dengan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, agar tidak terjerumus dalam awidya—kebodohan spiritual yang menutupi kesadaran akan kebenaran sejati.
Dalam perayaan ini, umat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudan-Nya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, yaitu manifestasi Dewa Siwa sebagai guru agung dan pemusnah sifat-sifat buruk dalam diri manusia.
Melatih meditasi dan yoga sebagai sarana penyucian pikiran,
Menanamkan nilai-nilai kebaikan,
Serta meneguhkan iman dan spiritualitas melalui penghayatan terhadap ajaran suci.
Perayaan Pagerwesi bukan hanya ritual, tetapi merupakan momen perenungan diri — tentang bagaimana menjaga keteguhan batin, menjauhkan diri dari nafsu dan kebodohan, serta menumbuhkan kebijaksanaan sebagai benteng dalam menjalani kehidupan.