Pulau
Bali tidak hanya penuh dengan keindahan alamnya, tetapi juga kental akan
tradisi serta adat istiadatnya. Salah satunya yaitu perayaan Hari Raya Purnama
di Bali yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu atau hari baik yang disebut
dengan Dewasa Ayu. Dewasa Ayu ini ditentukan biasanya melalui sasih dan juga
wuku, yakni sistem penanggalan yang sampai saat ini masih digunakan di Bali dan
Jawa. Salah satu hari raya yang didasarkan pada sasih/bulan adalah Purnama.
Akan tetapi, tidak semua Purnama jatuh pada Dewasa Ayu.
Hari
Purnama yang paling dianggap inti atau penting oleh umat Hindu adalah Hari
Purnama Kedasa yang jatuh pada Sasih Waisaka atau sasih kesepuluh biasanya
diawali terlebih dahulu dengan perayaan Hari Raya Nyepi sebagai hari perenungan
suci dalam hal pengendalian diri dan hawa nafsu. Purnama Kedasa merupakan hari
penghormatan kepada Sang Hyang Sunya amerta sebagai pemberi air suci kehidupan.
Sasih Kedasa atau juga disebut sebagai sasih waisaka.
Dalam lontar Sundarigama
dikatakan bahwa pada Purnama Sasih Waisaka atau Sasih Kadasa merupakan
penghormatan pada Sang Hyang Sunya Amerta atau manifestasi Tuhan dalam sifat
menghidupkan yang bersemayam di kahyangan. Purnama Kadasa ini
juga disebut inti dari purnama-purnama yang lain, Purnama Kedasa
juga dianggap sebagai hari peleburan segala kekotoran batin (mala) karena
Purnama Kedasa berasal dari kata “Kedas” yang dalam bahasa Bali berarti bersih.
Oleh karena itu, pada hari raya ini, kita sebagai umat Hindu hendaknya
mensucikan diri secara jasmani dan rohani melalui doa, agar terhindar dari
hal-hal negatif dan memberikan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang positif.
Purnama
Kedasa biasanya dilakukan pemujaan terhadap para leluhur yang dianggap telah
suci yang bertempat di sanggah kemulan. Saat Hari Raya Purnama Kedasa juga
dilaksanakannya Upacara Batara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih yang artinya
ketika upacara tersebut berlangsung seluruh Dewa Bersatu dan turun untuk
memberikan anugrahnya kepada seluruh umatnya. Selain Upacara Batara Turun Kabeh
masih banyak lagi upacara ataupun piodalan yang dilaksanakan ketika Hari
Purnama Kedasa di pura yang ada di bali. Dalam hal ini, biasanya umat Hindu
melakukan persembahyangan ke pura-pura dengan membawa sarana dan prasarana
persembahyangan yang sesuai.
Adapun
upakara bebantenan yang digunakan tepatnya saat penanggal ping 15 purnama
Kadasa ini baik untuk di Sanggah kemulan, Sad Kahyangan, Tri Kahyangan, dan
Dang kahyangan untuk tingkat yang lebih luas. Adapun upakaranya dalam
tingkat sederhana yaitu Suci, daksina
,ajuman, dandanan
aprangkat, ikannya
serba suci, canang
wangi-wangi,reresik, dan perlengkapannya.
Yang
dihaturkan ( palaba ) di bawah :
Segehan
Agung, segehan
sasah 6 tanding, dan ikannnya bawang jahe, dan Sang purohita yang patut
menjalankan, dengan puja sebagaimana mestinya.Sedangkan yang patut dilaksanakan
oleh Umat pada umumnya yaitu : Upakara /upacara prayascita luwih, panyeneng dan
teenan.
Bertepatan
dengan Purnama Kedasa, Ribuan Warga Desa Pekraman Buleleng menjalankan prosesi
melasti sebagai rangkaian Hari Raya Nyepi ke Pantai Segara Buleleng, Pelabuhan
Buleleng, Bila biasanya, sejumlah Desa Pekraman lain di Bali menggelar melasti
sebelum Hari Raya Nyepi, Prosesi melasti prosesi melasti di Desa Pekraman
Buleleng justru dilaksanakan setelah Hari Raya Nyepi.
Sumber
:
http://www.persakademika.com/purnama-kedasa-sucikan-pikiran-perkataan-dan-perbuatan.html
https://bali.tribunnews.com/amp/2019/03/20/purnama-kadasa-merupakan-inti-dari-purnama-lakukan-ini?page
https://www.guliangkangin.or.id/artikel/2016/3/18/menyambut-purnama-kadasa
https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/03/sasih-kedasa.html?m
Penyusun : Putu Puspa Gitama Rani, editor (GA)