21985 / 21446
kesrasetda@bulelengkab.go.id
Bagian Kesejahteraan Rakyat

MENGENAL PURA MERAJAN KANGINAN BESAKIH

Admin kesrasetda | 19 Januari 2022 | 1335 kali

Hakikat mengabdi pada kehidupan di dunia ini membutuhkan bimbingan guru yang sudah mencapai tingkatan hidup Pandita Acarya. Tujuan berguru adalah agar memiliki kemampuan untuk menjalani hidup yang baik dan benar sesuai dengan norma yang ditetapkan dalam kitab suci. Demikian jugalah Ida Manik Angkeran, putra Mpu Siddhi Mantra dari Jawa Timur, memiliki tempat pemujaan keluarga di kompleks Pura Besakih yang disebut Merajan Kanginan. Ida Manik Angkeran adalah seorang pengabdi yang tulus untuk ikut serta dalam mengeksistensikan dinamika Pura Besakih sebagai tempat pemujaan umat Hindu di seluruh Bali.

Karena itulah di Merajan tempat pemujaan keluarga beliau dibangun juga Pelinggih Gedong yang khusus untuk memuja Mpu Beradah, salah satu guru spiritual Ida Manik Angkeran yang telah mencapai status Pandita Acarya. Merajan ini kemungkinan tidak diberikan sebutan khusus. Umatlah yang kemudian menyebutnya Merajan Kanginan.

Umumnya umat melihat Merajan Ida Manik Angkeran ini terletak di sebelah timur Pura Banua tempat memuja Batara Sri dan juga pusat Jineng atau lumbung umat Hindu di Bali. Sesungguhnya letak Merajan Kanginan ini adalah agak di selatan Pura Banua kalau dilihat dengan alat kompas. Di sebelah kiri dari Gedong Busana ini terletak pelinggih yang disebut Balai Tegeh. Pelinggih Balai Tegeh ini bertiang empat dan beratap ijuk.

Fungsi utama Pelinggih Balai Tegeh ini adalah sebagai Pelinggih Batara Tirtha. Umat Hindu di Bali pada zaman dahulu kalau yang daerahnya diserang hama semut umumnya mohon kekuatan spiritual dengan mohon Tirtha di Pura Merajan Kanginan ini sebagai sarana sakral untuk menghilangkan hama semut tersebut.

Di jaba tengah Pura Merajan Kanginan ini terdapat Pelinggih Pelengkap yaitu ada Balai Paebatan, dapur, Bebaturan, Balai Gong dan Balai Kulkul. Salah satu syarat yadnya yang disebut Satvika Yadnya menurut Bhagawad Gita XVII.13 adalah adanya suguhan makanan yang disebut srsta annam, artinya makanan yang Satvika.

Adanya dapur dan balai paebatan di pura tersebut untuk menyiapkan berbagai keperluan upacara yadnya baik sebagai sarana kelengkapan upacara maupun untuk menjamu para tamu upacara. Balai Kulkul itu sebagai simbol untuk mengupayakan terpeliharanya keamanan atau santiraksa. Demikian juga adanya Balai Gong di Jaba Tengah Pura Merajan Kanginan ini sebagai simbol adanya keindahan dari seni dalam mewujudkan ajaran agama.Dimana piodalan jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Klurut (Tumpek Krulut). Disetiap tahunnya di Pura Merajan Kanginan dilaksanakan upacara piodalan yang jatuh hampir dua kali dalam setahun. Karena perhitungan piodalan dilaksanakan berdasarkan wuku yang jatuh setiap enam bulan kalender Bali. Selama itu juga pada pelaksanaan upacara Bhatara Turun Kabeh  dilaksanakan upacara Bhakti Pakideh yang jatuh setiap sasih Kedasa  (Purnama Kedasa).sesuai dengan kesepakatan Pemerintah Propinsi Bali, Kabupaten Buleleng menjadi Penanggungjawab Pelaksanan setiap Upacara di Pura Merajan Kanginan serta Perawatan Pura Merajan Kanginan Besakih.

Sumber :http://www.balipost.com/balipostcetak/2007/5/16/bd1.htm

Bali Galang, I Ketut Gobyah

Penyusun : Komang Mei Eviadnyani, Editor (GA)