Tumpek
klurut berasal dari 2 suku kata yaitu : Tumpek + Krulut yang secara harfiah
memiliki arti kasih sayang atau tresna.Sehingga kata Tumpek Klurut dapat
diartikan sebagai, mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan
sesama manusia dan juga alam disekitar kita dengan rasa kasih sayang.Tumpek
Krulut jatuh pada Sabtu, Kliwon, wuku krulut sebagai sujud syukur kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai
Dewa Iswara atas terciptanya suara-suara suci/tabuh dalam keindahan dan seni. Tumpek
klurut dirayakan setiap 210 hari(dua kali dalam setahun).
Tumpek
klurut juga dapat dibilang sebagai Perayaan Hari Kasih Sayang versi Bali yang
berbeda dengan Hari Valentine yang dirayakan dengan jalan-jalan dengan pacar.Pada
Tumpek Klurut, kita diharapkan agar mengasihi dan menyangangi seluruh alam
semesta dan isinya.Masyarakat Hindu Bali sejatinya memberikan persembahan
kepada Dewa Iswara yang menurut kepercayaan mereka hadir dalam bentuk
manifestasi gamelan, dengan menyipratkan air suci ke set gamelan yang akan
disucikan. Selanjutnya, masyarakat Bali akan memberikan sajian berupa sesajen
yang merupakan simbol persembahan kepada Dewa Iswara.
Hal
terpenting yang harus diperhatikan yaitu rasa tulus dalam melaksanakannya karena,
rasa tulus dalam melaksanakan upacara serta memberikan sesajen merupakan bentuk
nyata dari rasa kasih sayang yang dimiliki oleh setiap orang.Makna dari tumpek klurut yaitu sayang cinta dan welas asih
dan yang terpenting yaitu dapat mencintai pekerjaan dan dilakukan dengan tulus saling
asah asih asuh antar manusia melalui sarana seni tabuh maka dari situlah akan terbentuk
sebuah sebuah rasa senang tertarik dan terpesona dalam kehidupan.
Tumpek
klurut juga memiliki tujuan agar perangkat suara untuk kelengkapan upacara yadnya
memiliki suara yang indah dan “taksu”. Dari
alunan nada tersebut juga dapat melahirkan sebuah gerak-gerak indah sebagai unsur
seni dan dari seni tersebut akan dapat mewujudkan
rasa kasih sayang.Dari keindahan itu, seni menjadi hiburan yang dapat menyeimbangkan
hidup.Prosesi upacara dalam tradisi ini yaitu dengan melakukan penyucian satu set
gambelan. Cara penyuciannya pun dilakukan dengan menyipratkan air suci ke set gambelan
yang akan disucikan.Penyucian ini bertujuan untuk menghilangkan hal-hal buruk yang
menempel pada gambelan. Dan Adapun banten yang umum dipersembahkan pada saat hari
Tumpek Klurut itu yaitu berupa ; banten peras, ajuman, tigasan, pejati, dananan,
pesucian, tipat sirikan, tipat gong, segehan panca warna dsb dan semua itu dapat
disesuaikan dengan kemampuan serta kesepakatan dari desa, kala dan patra dimasing
– masing tempat tinggal umat.
Sumber : Sejarah Hari Raya Hindu Bali Calonarang
Taksu
https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/06/tumpek-krulut.html?m=1
Penyusun : Putu Puspa Gitama Rani, Editor (GA)