21985 / 21446
kesrasetda@bulelengkab.go.id
Bagian Kesejahteraan Rakyat

Tumpek Klurut, Hari Kasih Sayang Versi Bali

Admin kesrasetda | 18 Januari 2022 | 1051 kali

Tumpek klurut berasal dari 2 suku kata yaitu : Tumpek + Krulut yang secara harfiah memiliki arti kasih sayang atau tresna.Sehingga kata Tumpek Klurut dapat diartikan sebagai, mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan sesama manusia dan juga alam disekitar kita dengan rasa kasih sayang.Tumpek Krulut jatuh pada Sabtu, Kliwon, wuku krulut sebagai sujud syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara atas terciptanya suara-suara suci/tabuh dalam keindahan dan seni. Tumpek klurut dirayakan setiap 210 hari(dua kali dalam setahun).

Tumpek klurut juga dapat dibilang sebagai Perayaan Hari Kasih Sayang versi Bali yang berbeda dengan Hari Valentine yang dirayakan dengan jalan-jalan dengan pacar.Pada Tumpek Klurut, kita diharapkan agar mengasihi dan menyangangi seluruh alam semesta dan isinya.Masyarakat Hindu Bali sejatinya memberikan persembahan kepada Dewa Iswara yang menurut kepercayaan mereka hadir dalam bentuk manifestasi gamelan, dengan menyipratkan air suci ke set gamelan yang akan disucikan. Selanjutnya, masyarakat Bali akan memberikan sajian berupa sesajen yang merupakan simbol persembahan kepada Dewa Iswara.

Hal terpenting yang harus diperhatikan yaitu rasa tulus dalam melaksanakannya karena, rasa tulus dalam melaksanakan upacara serta memberikan sesajen merupakan bentuk nyata dari rasa kasih sayang yang dimiliki oleh setiap orang.Makna dari  tumpek klurut yaitu sayang cinta dan welas asih dan yang terpenting yaitu dapat mencintai pekerjaan dan dilakukan dengan tulus saling asah asih asuh antar manusia melalui sarana seni tabuh maka dari situlah akan terbentuk sebuah sebuah rasa senang tertarik dan terpesona dalam kehidupan.

Tumpek klurut juga memiliki tujuan agar perangkat suara untuk kelengkapan upacara yadnya memiliki suara yang indah dan “taksu”.  Dari alunan nada tersebut juga dapat melahirkan sebuah gerak-gerak indah sebagai unsur seni dan  dari seni tersebut akan dapat mewujudkan rasa kasih sayang.Dari keindahan itu, seni menjadi hiburan yang dapat menyeimbangkan hidup.Prosesi upacara dalam tradisi ini yaitu dengan melakukan penyucian satu set gambelan. Cara penyuciannya pun dilakukan dengan menyipratkan air suci ke set gambelan yang akan disucikan.Penyucian ini bertujuan untuk menghilangkan hal-hal buruk yang menempel pada gambelan. Dan Adapun banten yang umum dipersembahkan pada saat hari Tumpek Klurut itu yaitu berupa ; banten peras, ajuman, tigasan, pejati, dananan, pesucian, tipat sirikan, tipat gong, segehan panca warna dsb dan semua itu dapat disesuaikan dengan kemampuan serta kesepakatan dari desa, kala dan patra dimasing – masing tempat tinggal umat.

Sumber : Sejarah Hari Raya Hindu Bali Calonarang Taksu

https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/06/tumpek-krulut.html?m=1

Penyusun : Putu Puspa Gitama Rani, Editor (GA)