Mewakili PJ Bupati Buleleng, Kepala Bagian
Kesejahteraan Rakyat Setda Kabupaten Buleleng Ni Nyoman Sukadani, S.Sos hadir
bersama Pimpinan OPD Kabupaten Buleleng, BUMD, PERUMDA, Kementerian Agama
Kabupaten Buleleng Puspayang Bhakti Upacara Penganyar di Pura Penataran Sasih
Pejeng, Gianyar, Minggu (03/03)
Upacara dipuput oleh Ida Pedanda Gede Buruan dari
Griya Agung Pejeng, Gianyar. Pada kesempatan ini ikut Ngaturang Ngayah dari
Sekeha tari Rejang Puspa Puja Dan Kusuma Dewa Sekeha Tari Rejang Pengempon Pura
Dalem Buleleng perwakilan Kabupaten Buleleng.
Nama pura berasal dari Nekara Pejeng ini. Nekara
pejeng merupakan salah satu cagar budaya yang menurut mitos dianggap sebagai
bulan yang jatuh ke bumi dan menerangi daerah sekitarnya siang dan malam.
Nekara pejeng berbentuk menyerupai "bedug" dengan tinggi 1,86 m.
Nekara ini digunakan oleh masyarakat sebagai media meminta keselamatan dan
kesejahteraan dan diletakkan disebuah bangunan utama yang disebut Pelinggih
Ratu Bhetara Sasih. Selain nekara perunggu, di pura tersebut juga ditemukan
peninggalan-peninggalan lain di bagian dalam Pura penataran sasih, seperti arca
Ganesa, arca perwujudan Bhatara-Bhatari, arca Pendeta, arca Catur Kaya, arca
Dwarapala, dan Lingga Yoni. Selain terkenal akan peninggalan berupa nekara
perunggu, Pura penataran sasih juga terkenal dengan tarian Sang Hyang Jaran.
Tarian ini hanya dipentaskan jika terdapat upacara besar, seperti upacara
ngenteg linggih dan caru balik sumpah. Tarian ini dibawakan oleh 4 penari yang
ditunjuk langsung saat acara berlangsung. Para penari yang ditunjuk akan
bergerak sesuai irama gending sanghyang tanpa sadar (kesurupan). Orang yang
ditunjuk bisa warga sekitar ataupun warga dari luar Pejeng. Pura ini didirikan, menurut
kronogram modern yang terpampang di pintu masuk, pada tahun 1266 M, dan
berfungsi sebagai kuil negara Kerajaan Pejeng, 1293 - 1343 M. (GA)