21985 / 21446
kesrasetda@bulelengkab.go.id
Bagian Kesejahteraan Rakyat

BUDA KLIWON PEGAT UWAKAN, AKHIR RANGKAIAN HARI RAYA GALUNGAN

Admin kesrasetda | 11 Juli 2022 | 6663 kali

Perayaan Galungan menjadi momen penting yang secara rutin dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali. Dalam setiap pelaksanaannya, Galungan diadakan dengan rangkaian acara yang sangat panjang. Proses pelaksanaannya diawali dengan Tumpek Wariga dan kemudian diakhiri dengan Buda Kliwon Pegat Uwakan atau Buda Kliwon Pahang.

Pelaksanaan Buda Kliwon Pahang biasanya dilakukan pada Wuku Pahang. Pelaksanaan Buda Kliwon Pahang menjadi tanda bahwa Galungan sudah selesai, dengan mencabut segala bentuk atribut termasuk penjor, tamiang, kolem, hiasan penjor dibakar, dimasukan dalam bungkak nyuh (kelapa muda) dan ditanam di belakang pelinggih rong tiga, Ketika Buda Kliwon Pahang sudah dilaksanakan, maka penjor-penjor yang terpasang itu kemudian akan diturunkan. Tidak hanya itu, penjor-penjor yang sudah diturunkan juga bakal dibakar. Setelah dibakar, masyarakat Bali biasanya didorong untuk menanam abu sisa pembakaran penjor di dalam rumah dengan disertai canang sari. yang bermakna umat Hindu memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar diberkati kesuburan.

Jadi, kalau Anda mendapati keberadaan penjor ketika Buda Kliwon Pahang telah dilaksanakan, berarti pemiliknya telah melakukan pelanggaran. Apalagi, kalau sampai penjor tersebut belum dilepas meski Galungan sudah berakhir berhari-hari atau berbulan-bulan sebelumnya. Tidak hanya penjor, perangkat lainnya seperti sampian dan tamiang juga turut dilepas.

Secara bahasa, pegat memiliki arti putus. Sementara itu, uwakan punya makna kembali. Artinya, masyarakat Hindu Bali yang sudah menjalankan Hari Raya Galungan dan Kuningan, telah memperoleh pengetahuian lewat proses pengendalian diri yang dilaksanakan selama Galungan. Selanjutnya, pengetahuan itu tak hanya cukup diketahui, tetapi dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Apalagi, pada perayaan Galungan, umat Hindu Bali memperoleh pembekalan dharma selama satu bulan dan 7 hari. Mereka pun didorong untuk menerapkan nilai-nilai dharma tersebut. Bahkan, konsep penerapan dharma ini tidak hanya mencakup kehidupan sehari-hari, tetapi juga kehidupan dalam menghadapi persaingan global.

Dikutip dari : berbagai sumber

Editor (GA)