21985 / 21446
kesrasetda@bulelengkab.go.id
Bagian Kesejahteraan Rakyat

SEKLUMIT SEJARAH PRASASTI SEGARA RUPEK

Admin kesrasetda | 17 Mei 2022 | 506 kali

Pura Segara Rupek yang terletak di Desa Sumberkelampok Kecamatan Gerokgak yang merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat di Bali memiliki Pratasti yang isinya kami kutip ulang dari sebuah buku berjudul "Selayang Pandang Kahyangan Jagat PURA SEGARA RUPEK Linggih Ida Bhatara Hyang Siwa Baruna Geni" dimana buku tersebut disusun oleh Panitia Pelaksana Upacara Tawur Labuh, Mendem Pedagingan, Melaspasin Lan Pakelem Pura Kahyangan Jagat Segara Rupek Kabupaten Buleleng Tahun 2008. Isi dari Pratasti tersebut sebagai berikut : 

EMPU SAKTI BARU ANCANGAN EMPU SIDHIMANTRA PASEK BERJAO SALUNGLUNG BANGLI

Dengan terjemahan sebagai berikut: 

Dang Hyang Siddhimantra telah berhasil membuat hiasan Mahkota Ida Betara Hyang Basukih Putra Dang Hyang Siddhimantra Dang Hyang Bang Manik Angkeran dihidupkan kembali oleh Hyang Basukih, sudah itu Dang Hyang Siddhimantra meninggalkan Pura Besakih, dan Putra Tunggalnya Ida Dang Hyang Bang Manik Angkeran diperintahkan agar Putranya menetap tinggal di Pura Besakihmempertahankan kesucian dan mengatur pembersihan Periangan Besakih. Keberangkatan Dang Hyang Siddhimantra meninggalkan Periangan/Pura Besakih, sepanjang perjalanan tiba di daerah Gading Wani, di lorong sempit jalan setapak pada jalan dari Bali menuju Pulau Jawa. Pada saat itu timbul ingatan Dang Hyang Siddhimantra, bahwa Pulau Jawa dengan penduduknya sedang kemasukan sikap Kali Segara jiwa panas, arogan, cenderung bermain judi ngadu ayam jago, Kerajaan Kediri bermusuhan dengan Pasuruhan.

Raja Pajarakan merebut daerah Keraksaan yang juga Dang Hyang Siddhimantra ingat dengan Putranya ditinggalkan di Besakih karena demikian keadaan Pulau Jawa, besar kemauannya Dang Hyang Siddhimantra mengelar Berata Yoga Semadi, mendoakan dan memohon kehadapan Tuhan Yang Maha Esa agar Pulau Jawa, Bali dan Penduduknya selamat kemasukan jiwa sabar saling sayang menyayangi dan bersatu. Selanjutnya Dang Hyang Siddhimantra berjalan di dalam hutan arah selatan dan ke utara mencari tempat suci dimana adanya mata air yang keluar dari arah timur laut/ersaniya disebut Air Suci Sudamala untuk meningkatkan kesucian rohanidan jasmani diketahui ada tiga tempat suci yang ada mata air yang sama sucinya di tempat itulah Dang Hyang Siddhimantra beryoga, dalam satu bulan tiga kali pindah tempat beryoga terakhir di tempat yang paling sempit. Jarak Bali antara Pulau Jawa beruoga dimana tiba-tiba terdengar suara: "EH DANG HYANG SIDDHIMANTRA AKU SANG HYANG BARUNA GENI DARI YOGAMU KEMUDIAN PULAU JAWA BERTAKSU/BERWIBAWAH JAYENG SATRU/MENANG MENGALAH MUSUH, MENGUASAI NUSANTARA PULAU BALI SUCI TEMPAT DEWA CORET GORET DENGAN TONGKATMU TIGA KALI TANAH LORONG KECIL TIPIS SELAT PULAU BALI JAWA, PALAS PULAU BALI DENGAN PULAU JAWA TIMBUL LAUTAN SEMPIT SEGARA RUPEK NAMANYA BERIKAN SAJEN/UTI KALA SETAHUN SEKALI KECIL SEDANG BESAR PARIPURNA NUSANTARA."

EMPU SAKTI

BARU RANCANGAN PENGIKUT PELAYAN EMPU SIDDHIMANTRA

PASEK BERJAO SALUNGLUNG BANGLI

Ada segelintir sejarah tentang Prasasti Segara Rupek dikemukakan oleh Almarhum I GUSTI MADE TOKOLAN  Pejabat Jumpo/Polisi Jepang Tahun 1943 yang beliau peroleh dari empat lembar daun lontar panjang satu jengkal, tertulis huruf bali dengan bahasa jawa kuno, lontar tersebut dikoleksi dan dijamin keutuhannya. Kisah munculnya Prasasti tersebut dikisahkan oleh Putra Almarhum I GUSTI MANGKU KETUT PUNIA sebagai berikut:

Alm. I GUSTI MADE TOKOLAN Jumpo/Polisi Jepang Tahun 1943, menerima laporan dari Perbekel Selulung, Kecamatan Kintamani bahwa rumahnya telah habis terbakar tanpa diketahui penyebabnya. Ketika itu juga Perbekel Selulung mengajak Almarhum, sebagai biasa polisi memeriksa abu bekas rumah terbakar, tiba-tiba onggokan abu terdapat empat lampir daun lontar panjang satu jengkal, di atas lontar bertuliskan huruf bali dengan bahasa jawa kunodibaca oleh alm. I GUSTI MADE TOKOLAN dengan suara jelas didengar oleh Perbekel Desa Selulung, setelah selesai dibaca Perbekel merasa yakin penyebab kebakaran yang dialami sampai dua kali dalam setahun adalah empat lampir lontar tersebut yang tersimpan dalam rumahnya namun lontar itu tidak terbakar sedikitpun. Dengan spontan Perbekel Desa Selulung menyerahkan empat lampir lontar prasasti Segara Rupek kepada Alm. I GUSTI MADE TOKOLAN yang diketahui keturunan Dang Hyang Sidi Mantra berputra Dang Hyang Manik Angkeran menurunkan Arya Bang. Alm. I GUSTI MADE TOKOLAN menerimanya dan dibawa pulang ke Desa Bebalang disimpan disucikan menjadi satu peti dengan babad prasasti Arya Bang Penatih yang ada dari dahulu.

I GUSTI MADE TOKOLAN meninggal pada tahun 1978, sebelum meninggal berpesan dan menyuruh anak tunggalnya I GUSTI KETUT PUNIA agar menyalin isi lontar prasasti Segara Rupek sesuai aslinya dengan huruf latin dilengkapi terjemahannya dengan bahasa Indonesia. Salinannya agar dikirim kepada Gubernur Bali dan Bupati/Walikota sebali. Isi parasasti itu menyebutkan wibawa kemenangan Pulau Jawa dan Pulau Bali suci paripurna nusantara.

Bila isi prasasti itu menjadi keyakinan pejabat pemerintah bila diperlukan serahkan prasasti itu pada pemerintah agar tempat peyogaannya Dang Hyang Sidimantra dipugar  yaitu di Enjung Kelor di tepi laut Kecamatan Gerokgak daerah Buleleng Barat. Bila tempat peyogaan Dang Hyang Sidimantra dipugar disitulah prasasti itu disimpan. 

Demikian yang dapat disampaikan seklumit sejarah Prasasti Segara Rupek dengan harapan generasi muda semakin paham dan ada kemauan untuk menjaga segala bentuk warisan para leluhur.

Editor (GA)