Pura Segara Rupek yang terletak di Desa Sumberkelampok
Kecamatan Gerokgak yang merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat di Bali
memiliki Pratasti yang isinya kami kutip ulang dari sebuah buku berjudul
"Selayang Pandang Kahyangan Jagat PURA SEGARA RUPEK Linggih Ida Bhatara
Hyang Siwa Baruna Geni" dimana buku tersebut disusun oleh Panitia
Pelaksana Upacara Tawur Labuh, Mendem Pedagingan, Melaspasin Lan Pakelem Pura
Kahyangan Jagat Segara Rupek Kabupaten Buleleng Tahun 2008. Isi dari Pratasti
tersebut sebagai berikut :
EMPU SAKTI BARU ANCANGAN EMPU SIDHIMANTRA PASEK
BERJAO SALUNGLUNG BANGLI
Dengan terjemahan sebagai berikut:
Dang Hyang Siddhimantra telah berhasil membuat hiasan
Mahkota Ida Betara Hyang Basukih Putra Dang Hyang Siddhimantra Dang Hyang Bang
Manik Angkeran dihidupkan kembali oleh Hyang Basukih, sudah itu Dang Hyang
Siddhimantra meninggalkan Pura Besakih, dan Putra Tunggalnya Ida Dang Hyang
Bang Manik Angkeran diperintahkan agar Putranya menetap tinggal di Pura
Besakihmempertahankan kesucian dan mengatur pembersihan Periangan Besakih.
Keberangkatan Dang Hyang Siddhimantra meninggalkan Periangan/Pura Besakih,
sepanjang perjalanan tiba di daerah Gading Wani, di lorong sempit jalan setapak
pada jalan dari Bali menuju Pulau Jawa. Pada saat itu timbul ingatan Dang Hyang
Siddhimantra, bahwa Pulau Jawa dengan penduduknya sedang kemasukan sikap Kali
Segara jiwa panas, arogan, cenderung bermain judi ngadu ayam jago, Kerajaan
Kediri bermusuhan dengan Pasuruhan.
Raja Pajarakan merebut daerah Keraksaan yang juga Dang
Hyang Siddhimantra ingat dengan Putranya ditinggalkan di Besakih karena
demikian keadaan Pulau Jawa, besar kemauannya Dang Hyang Siddhimantra mengelar
Berata Yoga Semadi, mendoakan dan memohon kehadapan Tuhan Yang Maha Esa agar
Pulau Jawa, Bali dan Penduduknya selamat kemasukan jiwa sabar saling sayang
menyayangi dan bersatu. Selanjutnya Dang Hyang Siddhimantra berjalan di dalam
hutan arah selatan dan ke utara mencari tempat suci dimana adanya mata air yang
keluar dari arah timur laut/ersaniya disebut Air Suci Sudamala untuk
meningkatkan kesucian rohanidan jasmani diketahui ada tiga tempat suci yang ada
mata air yang sama sucinya di tempat itulah Dang Hyang Siddhimantra beryoga,
dalam satu bulan tiga kali pindah tempat beryoga terakhir di tempat yang paling
sempit. Jarak Bali antara Pulau Jawa beruoga dimana tiba-tiba terdengar suara:
"EH DANG HYANG SIDDHIMANTRA AKU SANG HYANG BARUNA GENI DARI YOGAMU
KEMUDIAN PULAU JAWA BERTAKSU/BERWIBAWAH JAYENG SATRU/MENANG MENGALAH MUSUH,
MENGUASAI NUSANTARA PULAU BALI SUCI TEMPAT DEWA CORET GORET DENGAN TONGKATMU
TIGA KALI TANAH LORONG KECIL TIPIS SELAT PULAU BALI JAWA, PALAS PULAU BALI
DENGAN PULAU JAWA TIMBUL LAUTAN SEMPIT SEGARA RUPEK NAMANYA BERIKAN SAJEN/UTI
KALA SETAHUN SEKALI KECIL SEDANG BESAR PARIPURNA NUSANTARA."
EMPU SAKTI
BARU RANCANGAN PENGIKUT PELAYAN EMPU SIDDHIMANTRA
PASEK BERJAO SALUNGLUNG BANGLI
Ada segelintir sejarah tentang Prasasti Segara Rupek
dikemukakan oleh Almarhum I GUSTI MADE TOKOLAN Pejabat Jumpo/Polisi
Jepang Tahun 1943 yang beliau peroleh dari empat lembar daun lontar panjang
satu jengkal, tertulis huruf bali dengan bahasa jawa kuno, lontar tersebut
dikoleksi dan dijamin keutuhannya. Kisah munculnya Prasasti tersebut dikisahkan
oleh Putra Almarhum I GUSTI MANGKU KETUT PUNIA sebagai berikut:
Alm. I GUSTI MADE TOKOLAN Jumpo/Polisi Jepang Tahun 1943,
menerima laporan dari Perbekel Selulung, Kecamatan Kintamani bahwa rumahnya
telah habis terbakar tanpa diketahui penyebabnya. Ketika itu juga Perbekel
Selulung mengajak Almarhum, sebagai biasa polisi memeriksa abu bekas rumah
terbakar, tiba-tiba onggokan abu terdapat empat lampir daun lontar panjang satu
jengkal, di atas lontar bertuliskan huruf bali dengan bahasa jawa kunodibaca
oleh alm. I GUSTI MADE TOKOLAN dengan suara jelas didengar oleh Perbekel Desa
Selulung, setelah selesai dibaca Perbekel merasa yakin penyebab kebakaran yang
dialami sampai dua kali dalam setahun adalah empat lampir lontar tersebut yang
tersimpan dalam rumahnya namun lontar itu tidak terbakar sedikitpun. Dengan spontan
Perbekel Desa Selulung menyerahkan empat lampir lontar prasasti Segara Rupek
kepada Alm. I GUSTI MADE TOKOLAN yang diketahui keturunan Dang Hyang Sidi
Mantra berputra Dang Hyang Manik Angkeran menurunkan Arya Bang. Alm. I GUSTI
MADE TOKOLAN menerimanya dan dibawa pulang ke Desa Bebalang disimpan disucikan
menjadi satu peti dengan babad prasasti Arya Bang Penatih yang ada dari dahulu.
I GUSTI MADE TOKOLAN meninggal pada tahun 1978, sebelum
meninggal berpesan dan menyuruh anak tunggalnya I GUSTI KETUT PUNIA agar
menyalin isi lontar prasasti Segara Rupek sesuai aslinya dengan huruf latin
dilengkapi terjemahannya dengan bahasa Indonesia. Salinannya agar dikirim
kepada Gubernur Bali dan Bupati/Walikota sebali. Isi parasasti itu
menyebutkan wibawa kemenangan Pulau Jawa dan Pulau Bali suci
paripurna nusantara.
Bila isi prasasti itu menjadi keyakinan pejabat
pemerintah bila diperlukan serahkan prasasti itu pada pemerintah agar tempat
peyogaannya Dang Hyang Sidimantra dipugar yaitu di Enjung Kelor di tepi
laut Kecamatan Gerokgak daerah Buleleng Barat. Bila tempat peyogaan Dang Hyang
Sidimantra dipugar disitulah prasasti itu disimpan.
Demikian yang dapat disampaikan seklumit sejarah Prasasti
Segara Rupek dengan harapan generasi muda semakin paham dan ada kemauan untuk
menjaga segala bentuk warisan para leluhur.
Editor (GA)