Meningkatnya Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng
Admin kesrasetda | 12 Juli 2017 | 1172 kali
Epidemi HIV/AIDS telah menyebar dengan sangat cepat. Penyakit yang 20 tahun yang lalu belum dikenal sama sekali, saat ini telah menginfeksi sekitar 60 juta orang di dunia dan lebih dari 21 juta telah meninggal. Setiap harinya orang yang terinfeksi bertambah 14.000 orang, separuh dari jumlah itu adalah remaja berusia antara 15-24 tahun. AIDS telah menjadi penyebab kematian terbersar keempat pada orang dewasa di seluruh dunia
Sampai saat ini, perkembangan situasi epidemi HIV di Kabupaten Buleleng menunjukkan peningkatan yang sangat tajam. Jumlah kasus HIV dan AIDS meningkat terus per tahun, dan dilaporkan sampai dengan bulan Maret 2017 terdapat 2490 komulatif kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Buleleng, dengan peyebaran di setiap kecamatan di Kabupaten Buleleng. Rata-rata per bulan 25 kasus HIV positif ditemukan di Klinik VCT Edelweis RSUD Singaraja, belum lagi ditambah Klinik VCT yang telah dibentuk pada Puskesmas.
Dua cara penularan infeksi HIV saat ini adalah melalui hubungan seks yang tidak aman dan penyalahgunaan napza suntik. Situasi di Buleleng diperparah lagi dengan penularan HIV dari ibu hamil ke anaknya. Dari keseluruhan kasus HIV yang dilaporkan Tahun 2017 menurut data HIV dari Dinas Kesehatan menunjukan bahwa terjadi peningkatan pada penularan heterosexual dan homosexual . Dalam sepuluh tahun mendatang, penyakit ini mungkin belum akan dapat ditanggulangi sehingga masih merupakan ancaman kesehatan masyarakat dan juga mempunyai implikasi sosial-ekonomi yang luas. Penderitaan bukan saja akan dialami oleh orang yang tertulari HIV/AIDS, tetapi juga akan dirasakan oleh keluarga dan masyarakat
kondisi saat ini :
- jumlah cafe- cafe / warung remang2 meningkat.
- jumlah waria dan lsl meningkat
- tingginya tingkat diskriminasi terhadap ODHA
- pria risti banyak yg tidak mau menggunakan kondom jika melakukan sex beresiko
- kurangnya dana utk penanggulangan hiv & aids
kondisi yg diinginkan :
- semua pemilik cafe/ warung remang2 memiliki jadwal utk memeriksakan waitersnya secara rutin ke klinik VCT, Ims puskesmas terdekat.
- waria dan LSL mau mengajak komunitasnya utk memeriksakan dirinya ke puskesmas yg ditunjuk khusus menangani waria dan LSL, seperti pada puskesmas buleleng I setiap 2 minggu tiap bulannya. dan dilaksanakannya pertemuan per bulan utk menindaklanjuti permaslaahan antara komunitas dan layanan kesehatan.
- penyakit hiv dan aids sudah biasa dimata masyarakat seperti prnyakit lainya sehingga tdk ada diakriminasi lagi.
- semua pria risti sadar akan kondom. bahwa hanya kondom yg bisa mencegah penularan Hiv.
- dana penanggulangan hiv dan aids besar, sehingga program pencegahan bisa dilaksanakan di seluruh kecamatan kab. buleleng. dimana buleleng adalah wilayah terluas di bali. sekitar 1/4 pulau bali adalah wilayah buleleng.
permasalahannya :
1.pemilik cafe/ warung remang2 berkelit bahwa mereka tidak menjual sex tetapi hanya menjual minuman jadi kenapa hrs mau memeriksakan waitersnya. selain itu kurangnya aparat desa dalam penertiban cafe2.
- masih banyak komunitas menutup dirinya , tidak mau terbuka terhadap layanan kesehatan, tidak mau datang utk memeriksakan dirinya jika sudah sakit parah baru mau ke layanan kesehatan sehingga petugas di layanan keaehatan kesulitan dalam menanganinya.
3.masih byk masyarakat di buleleng belum mengetahui penularan hiv dan aids, sehingga mereka masih takut utk dekat dgn penderita hiv yg mengakibatkan tingginya tingkat diskriminasi.
- pria risti ( resiko tinggi) mempunyai keyakinan jika menggunakan kondom berhubungan sex tidak enak, kondom tebal. sehingga byk pria risti tdk mau menggunakan kondom. dan mereka pun memaksa jika menggunakan kondom mereka tidak mau menggunakan jasanya sehingga psk terpaksa mau melayani tanpa kondom dari pada tidak dibayar.
- pmangku kepentingan masih menganggap penyakit hiv tidak berbahaya, sedangkan menurut data kpa buleleng , kasus hiv sudah merambah ke msyarakat umum tidak lagi komunitas ataupun pria risti.
langkah2 yg dilakukan agar bisa mengatasi masalah yg ada :
- membuat pertemuan antara layanan kesehatan, komunitas waria, Lsl, pemilik cafe, aparat desa, satpol pp , dan Lsm. dimana pada pertemuan tersebut di pimpin langsung oleh bapak wakil bupati selaku ketua pelaksana Hiv kab. buleleng. pd pertemuan tersebut dibuat suatu mou antara layanan kesehatan dgn pemilik cafe utk bersedia memeriksakan waitwrsnya ke layanan kesehatan dan jika dilanggar satpol pp siap bertindak. utk waria dan lsl membuat kesepakatan jadwal pemeriksaan dgn layanan kesehatan. sehingga semua waria maupun lsl nyaman ke layanan kesehatan.
- advokasi ke pemangku kepentingan dengan melibatkan puskesmas, dinas kesehatan dan Lsm. paparkan data hiv , kondisi di lapangan, tingginya tingkat disriminasi. sehingga dana penanggulangan bisa disetujui lebih besar lagi. dengan berbagai program yg melibatkan byk pihak.
Tujuan yg ingin dicapai :
sudah tentu getting to zero yaitu Zero New HIV Infections, Zero Discrimination, and Zero AIDS-Related Deaths.
dan MDGS pd point no 6. menurunkan angka kasus hiv dan aids.