21985 / 21446
kesrasetda@bulelengkab.go.id
Bagian Kesejahteraan Rakyat

PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA DAN SPIRITUAL DALAM PEMBENTUKAN MENTAL

Admin kesrasetda | 14 Februari 2022 | 2183 kali

Dewasa ini perkembangan jaman dan tuntutan era globalisasi dengan kemajuan pesat teknologi informasi berbasis internet diantaranya media sosial, blogger, twiter dan banyak lagi yang bisa diakses secara gamblang sesuai dengan kebutuhan yang dimau dari peminat, dengan tidak dapat dihindari pula di akses dengan malware atau situs - situs yang diselipkan diantaranya. Jadi dengan begitu pula tidak menuntut kemungkinan pula dampak negatif dari itu semua dapat terjadi hanya dengan salah klik situs selipan yang dilampirkan yang bisa saja bermuatan informasi atau situs dewasa bahkan ajakan kekerasan.

Melihat dari kemungkinan yang terjadi diatas pula dapat disimpulkan jika kita tidak memiliki landasan yang baik dan benar tentunya, yang dimana tentunya mampu membatasi diri menentukan mana yang baik dan benar untuk kita cerna dan kita kunjungi, daripada itu semua tidak menuntuk kemungkinan diperlukan pendidikan dan pengetahuan yang mendasari pribadi seseorang sedini mumngkin melalui belajar agama dan spiritual yang baik dan benar tentunya.

Mempelajari Pengetahuan agama dan pendidikan spiritual tidak lepas dari tanggungjawab Pemerintah saja melainkan dari lingkup terkecil yaitu dari lingkungan Keluarga tentunya dari peran serta orang tua dalam membentuk mental anak kedepanya. Dengan Secara umum tujuan belajar agama adalah agar kita mendapat kebaikan, agar ibadah yang kita lakukan diterima dan agar tidak terjebak dalam kesesatan, jadi dengan belajar agama kita tau Apa itu Etika, aturan dan susila dalam pergaulan bermasyarakat dan bersosial secara langsung ataupun media internet digital.

Pendidikan mental agama   tidaklah dimulai di sekolah saja melainkan keluarga pun berperan sangat dominan. Sejak anak lahir ke dunia mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan yang mendidik, yaitu dimulai dari ibu bapaknya kemudian dari keluarga yang lain, yang semua itu memberikan dasar-dasar pembentukan kepribadiannya. Pendidikan dan kepribadian itu ditambah dan disempurnakan oleh instansi sekolah . Ilmu pengetahuan pada akhir-akhir ini ditandai dengan kemajuan dan teknologi telah membawa perubahan-perubahan bagi masyarakat, terutama dalam kehidupan sehari-hari, pada gilirannya perubahan tersebut akan membawa dampak positif sekaligus negatif. Dampak positif dari modernisasi antara lain adanya perubahan tata nilai dan tata kehidupan yang serba keras, bahkan tradisi nenek moyang yang dikenal beradab telah terkikis oleh budaya yang serba modern. Salah satu keprihatinannya adalah munculnya pergaulan bebas di kalangan remaja, longgarnya pengawasan orang tua terhadap anak-anaknya, mudahnya mengakses situs-situs berbau porno. Tuntunan pemenuhan ekonomi, ditambah lagi krisis ekonomi yang berkepanjangan, mengakibatkan terjadinya penyelewengan moral yang mengarah kepada perbuatan yang dilarang agama dan norma-norma masyarakat. Manusia adalah makhluk sosial sehingga sebagian besar dari kehidupan melibatkan interaksi dengan orang lain. Budaya dapat dipertimbangkan memiliki pengaruh pada arena sosial. berinteraksi dengan orang lain, memersepsi diri sendiri pada orang lain dan bekerja dengan orang lain sangat dipengaruhi oleh budaya dimana kita hidup. Kita semua telah mempelajari cara-cara tertentu untuk bertingkah laku, mempersepsi dan bekerja dengan orang lain berdasarkan pada aturan dan norma-norma yang disepakati dalam budaya kita. Secara kodrati manusia hidup memerlukan bantuan orang lain, bahkan manusia baru akan menjadi manusia manakala berada di dalam lingkungan dan berhubungan dengan manusia

individu membutuhkan pemantauan diri baik dari diri sendiri maupun orang lain. Dalam hal ini Pendidikan mental agama yang diberikan kepada seseorang pada dasarnya merupakan usaha untuk melakukan perubahan secara mendasar. Artinya, Pendidikan mental agama diberikan untuk mengurangi stimuli yang tidak diinginkan yang mengganggu seseorang dalam membantu orang lain atau dikenal perilaku prososial. Perilaku prososial adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan kepada orang lain dan memberikan keuntungan fisik maupun psikologis bagi yang dikenakan tindakan tersebut, Perilaku prososial ini sangat penting peranannya dalam menumbuhkan kesiapan seseorang dalam mengarungi kehidupan sosialnya. Karena dengan kemampuan prososial ini seseorang akan lebih diterima dalam pergaulan dan akan dirasakan berarti kehadirannya bagi orang lain.

Dalam kesempatan ini dapat penulis bahas secara agama Hindu yang dimana begitu pula dalam agama hindu dengan Tujuannya adalah mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan jasmani. Dengan menjaga keharmonisan bersosial bermasyarakat, bernegara hinga dengan lingkungan alam sekitarnya. Untuk mencapai hal tersebut, agama Hindu menjabarkan menjadi tiga kerangka dasar / landasan, yaitu: “Tatwa (filsafat), Etika (susila), dan Upacara (ritual).


Tatwa yaitu filsafat, ajaran, pengetahuan yang bersumber dari Weda. Dalam perkembangannya, ajaran agama Hindu di Indonesia oleh para orang suci/maharsi disusun dan disesuaikan dengan tempat mereka mengembangkan ajaran dalam bentuk Rontal/Lontar. Yang dimana Dalam perkembangan ajaran agama Hindu, dikenal juga: pokok-pokok ajaran agama Hindu, Panca Srada, Tri Guna (tiga sifat alami yang ada sejak lahir), Tri Hitakarana (tiga penyebab kebahagiaan), Tri Kaya Parisudha (tiga perbuatan yang harus dijaga kesuciannya), Tri Rna (tiga hutang manusia), Catur Purusa Arta, dan banyak lagi ajaran atau filsafat seperti Bhagawad Gita, Samkya, Sarasamuscaya, dan lain sebagainya.

Etika atau susila berasal dari kata “su” yang berarti baik, indah, harmonis dan “sila” yang berarti prilaku, tata cara/tata laku. Jadi susila berarti tingkah laku manusia yang baik dalam mengadakan hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam semesta dan dengan tuhan (tri hita karana). Setiap individu guna mencapai kesempurnaan dan kesucian hidupnya hendaknya selalu menjaga kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan (tri kaya parisudha).

Di lingkungan keluarga misalnya, anak-anak hendaknya berbicara dan bertingkah laku yang sopan terhadap orang tua. Orang tua juga hendaknya memberi contoh/teladan tentang perilaku yang baik kepada anaknya, sehingga terjadi hubungan yang harmonis di lingkungan keluarga.

Dalam menjaga hubungan dengan alam,  ketika akan menebang pohon untuk digunakan, maka hendaknya menanam pohon baru sebagai pengganti. Setiap orang hendaknya merawat lingkungan sekitar sehingga alam tetap lestari.

Sementara untuk menjaga hubungan dengan Ida Sanghyang Widi/Tuhan, dapat dilakukan dengan Nitya Yadnya (persembahyangan Tri Sandhya, Mesesaiban/Ngejot), dan Naimitika Yadnya (persembahyangan pada waktu-waktu tertentu misalnya hari-hari suci, Tilem, Purnama, Galungan, Kuningan, Nyepi dan hari suci lainya). Selain kedua cara di atas, hubungan dengan Tuhan dapat pula dilakukan dengan berdoa dalam kegiatan sehari-hari (doa makan, sebelum makan, mau bekerja dan sebagainya) dapat pula dengan berjapa.

Upacara yaitu kegiatan agama Hindu dalam bentuk ritual. Ada lima upacara/yadnya yang dikenal dalam Hindu atau yang disebut dengan Panca Yadnya, yaitu: Dewa Yadnya (upacara hari suci tilem, purnama, galungan), Rsi Yadnya (upacara pewintenan, diksa, dan lainnya), Pitra Yadnya (upacara ngaben/kematian), Manusia Yadnya (upacara otonan, potong gigi, pewiwahan/nikah, dan lainnya),  Bhuta Yadnya (upacara Mecaru, mesegeh).

Ketika kita berbicara upacara tentu ada yantra dan mantra (persembahan/Banten dan doa).  Bhagawadgita BAB IX Sloka 26 menjelaskan: Patram Puspam Phalam Toyam, Yo me bhaktya prayacchati, Tad aham bhakty-upahrtam, Aasnami prayatatmanah. Artinya, siapapun dengan sujud bhakti kepada-ku mempersembahkan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci.

Jadi Tatwa, Etika, Susila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Ketiganya mesti dimiliki dan dilaksanakan oleh umat Hindu. Begitu eratnya kaitan antara ketiga dasar ini, sehingga diumpamakan seperti sebuah telur ayam yang terdiri dari: kuning telur dan sarinya adalah tatwa, putih telur adalah susila, sedangkan kulit telur adalah upacara.

Dengan dasar dan landasan diatas diharapkan mampu membentuk mental seseorang dalam menghadapi arus perkembangan dengan tantangan jaman era globalisasi berbasis internet, dengan tentunya tetap menjadi pribadi yang memiliki mental yang kuat sehingga terhindar dari pemikiran, perkataan hingga perbuatan yang negatif, melalui ajaran agama dan pengetahuan spiritual tentunya mampu menjadi dasar dan landasan dalam menentukan arah tujuan hidup yang positif dalam menjaga keharmonisan bersosial masyarakat, alam dan sekitarnya.

Dalam menjalankan kehidupan manusia tidak bisa lepas dari masalah. Semakin besar atau banyak urusan seseorang akan semakin besar pula masalah yang akan dihadapinya, tidak memandang orang tua, dewasa, anak laki-laki atau perempuan atau pun remaja. Tentunya masing-masing dengan intensitas problem yang berbeda-beda

 Penyusun : Ida Bagus Korad Asta Permana