Sekretaris Daerah Kabupaten Buleleng Drs, Gede Suyasa, M.Pd di Dampingi Plt Asisten Administrasi Umum, Pimpinan OPD Kabupaten Buleleng bersama sama laksanakan Persembahyangan Bhakti Rahina Tumpek Wayang bertempat di Jaba Pura Padma Bhuana Kantor Bupati Buleleng. Sabtu (29/04)
Upacara Pesemahyangan ini dilaksanakan sesuai dengan Instruksi Gurbenur Bali No 4 Tahun 2023 tentang Perayaan Rahina Tumpek Wayang dengan Upacara Jagat Kerthi sebagai pelaksanaan Tata - Titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan Nilai - Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru,
Saniscara
Kliwon wuku Wayang atau yang sering disebut dengan Tumpek Wayang adalah hari suci yang
datang setiap 6 bulan sekali. Pada
hari ini (Tumpek Wayang) adalah Puja Walinya Sang Hyang Iswara. Hari ini umat
Hindu menghaturkan upacara menuju keutamaan tuah pratima-pratima dan wayang,
juga kepada semua macam benda seni dan kesenian, tetabuhan, seperti: gong,
gender, angklung, kentongan dan lain-lain. Dikatakan keramat karena
orang tua dahulu akan melarang anak-anaknya untuk berkeliaran ke luar rumah
sejak sehari sebelum Tumpek Wayang (penyalukan atau kalapasa) ini dikarenakan
adanya sebuah mitos di Bali dan memang termuat dalam lontar Kala Tattwa
menyebutkan jika seorang anak yang lahir tepat pada wuku wayang khususnya pada
hari sabtu wuku wayang, maka akan menjadi santapan (tetadahan) Bhuta Kala.
Hari Tumpek
Wayang sebagai hari suci yang mengarah pada peruwatan atau pesucian bagi
kelahiran di wuku wayang. Jika ia terlahir di wuku wayang bakal ada pertunjukan
wayang yang dinamakan wayang sapuh Leger. Menurut beberapa
nara sumber, Kata sapuh memiliki arti peruwatan, leger memiliki arti mala atau
kotoran yang ada pada diri manusia itu sendiri. Jadi kata “sapuh leger” berarti
pembersihan atau peruwatan kotoran atau mala secara niskala yang dibawa dari
lahir oleh orang yang lahir di wuku wayang tersebut. Untuk Wuku wayang
itu sendiri terdiri dari 7 hari dalam seminggu penuh, diawali dari hari Minggu
sampai hari Sabtu, dimana di hari Sabtunya dirayakan sebagai hari Tumpek Wayang.
Saat hari suci
Tumpek Wayang, umat hindu juga akan melakukan ritual keagamaan dengan sarana
yang disebut Banten. Ada beberapa sarana atau Banten seperti Banten Pejati, Biakaon, Tebasan, Peras, Pengambean, Dapetan dan
lainnya. Setiap
ritual yang dilaksanakan, ditutup dengan Segehan, riilnya Kala Tumpek Wayang
memakai caru pandan wong/pandan berduri, segehan manca warna (lima warna).
Sehari menjelang
Tumpek Wayang, Jumat/ Sukra Wuku Wayang umat Hindu Se-Bali melaksanakan ritual
Meseselat. Meseselat (memasang seselat) berserana pandan berduri atau tumbuhan
lainnya yang berduri dengan makna agar terlindungi oleh segala kekuatan jahat.
Pada umumnya, seselat ditaruh di Sanggah dan setiap pelinggih yang ada dirumah
(Penunggun karang, sumur, pelangkiran, dan lain-lain). Setelah banten
seselat dibuat
pada hari Jumat Wayang, lalu ditaruh di depan setiap palinggih di merajan dan
di sumur. Besoknya pagi-pagi sekali pada hari Sabtu Wayang yang dikenal dengan
nama Tumpek Wayang, semua seselat yang telah diletakkan hari Jumat kemarin, lalu
dikumpulkan dan ditaruh di lebuh rumah. (Ritual ini disesuaikan menurut
tradisi dari masing-masing umat). (GA)