21985 / 21446
kesrasetda@bulelengkab.go.id
Bagian Kesejahteraan Rakyat

Upacara Tumpek Landep Lingkup Sekretariat Daerah Kabupaten Buleleng

Admin kesrasetda | 13 Februari 2021 | 14142 kali

Bagian Kesra Setda Kabupatren Buleleng bersama Sopir Pimpinan Lingkup Sekretariat Daerah Kabupaten Buleleng Melaksanakan Upacara Tumpek Landep di Rumah Jabatan Bupati Buleleng halnya Mengupacarai Kendaraan Dinas Oprasional Pimpinan Daerah serta Pejabat di Lingkup Sekretariat Daerah Kabupaten Buleleng.

Di dalam ajaran Acara Agama Hindu, memiliki beberapa hari suci Tumpek yang memiliki fungsi dan makna berbeda – beda pada setiap hari tumpek. Mengenai makna dari hari raya suci Tumpek, dapat penulis menjelaskan berdasarkan kosa kata “Tumpek” berasal dari kata “Tampa” yang artinya turun (kamus jawa kuna Indonesia), kata tampa mendapat sisipan Um, menjadilah kata “Tumampa”.

Dari kata tumampa mengalami perubahan konsonan, menjadi kata “Tumampak” yang artinya berpijak, kemudian mengalami perubahan menjadi kata keterangan keadaan sehingga menjadi kata “Tumampek” yang mengandung arti dekat. Kemudian kata Tumampek mengalami persenyawaan huruf “M”, sehingga menjadi kata “Tumpek”. Dengan demikian hari suci tumpek adalah mengandung pengertian dan makna bahwa pada hari suci Tumpek merupakan hari peringatan turunnya kekuatan manifestasi Sang Hyang Widhi ke dunia.

Hari raya Tumpek Landep adalah hari yang dikhususkan untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dalam wujudnya sebagai Dewa Senjata ( Pasupati ). Tumpek Landep diperingati saat Saniscara Kliwon wuku Landep setiap 6 bulan sekali. Pelaksanaan upacara Tumpek Landep dilaksanakan di Bali karena mengandung hakekat dan makna yang tinggi dan sangat berhubungan dengan kehidupan manusia di dunia terutama mengenai intelegensi manusia, karena manusia itu sendiri adalah termasuk makhluk religious yang selalu berhubungan dengan kekuatan supra natural.

Dari kata Landep sendiri mengandung pengertian Tajam atau ketajaman. Tumpek Landep adalah ungkapan rasa terima kasih umat Hindu khususnya di Bali terhadap Sang Hyang Widi Wasa yang turun ke dunia dan memberikan ketajaman pemikiran kepada manusia. Adapun ketajaman itu layaknya senjata yang berbentuk lancip/runcing seperti keris, tombak dan pedang.

Dalam pengertian lain bahan logam seperti besi, perak, perunggu tersebut sudah banyak membantu dan mempermudah pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari hari. Hari raya Tumpek Landep sendiri adalah rangkaian dari hari raya yang lain dan bila diurutkan akan seperti ini : hari raya Galungan, hari raya Kuningan, hari raya Saraswati dan hari raya Siwaratri dan hari raya Tumpek Landep itu sendiri. Dalam perayaan Tumpek Landep sendiri bisa dilakukan di rumah dan pura dengan cara mengumpulkan benda benda pusaka atau benda yang terbuat dari logam, upacara ini dilakukan dari pagi hingga sore hari.

Upacara ini terus dilakukan secara turun temurun sampai saat ini, dimana pada masa sekarang tidak hanya senjata yang terbuat dari besi namun barang/alat lain yang mengandung unsur besi atau benda dapat bergerak terbuat dari logam seperti (sepeda motor, mobil) alat rumah tangga dan lain lain yang ikut diupacarakandiberikan hiasan khusus dari janur yang di sebut tamian.Saat upacara berlansung benda benda yang terbuat atau mempunyai unsur logam ini diberikan sesajen agar dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan manusia untuk menjalani kehidupan sehari hari.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa hari raya Tumpek Landep adalah hari raya mengandung arti permohonan, ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Sang Pencipta yang telah memberikan kemudahan, rahmat dan ketajaman pikiran, di hari ini juga manusia dan umat Hindu khususnya di Bali di ajarkan agar dapat mempergunakan dan memanfaatkan benda yang terbuat dari logam untuk kesejahteraan dan kemakmuran dalam menjalankan kehidupan.

Bali ialah suatu daerah yang kental sekali perpaduan unsur budaya, adat istiadat, maupun kepercayaan, sehingga ketika Anda datang ke Bali bukan hanya bisa menyaksikan berbagai keindahan alam yang mewujud dalam pantai, laut, gunung, lembah, sungai, namun juga keunikan dan kekhasan lainnya dari masyarakat yang ada disini. Salah satunya, kalau bertepatan waktunya, Anda bisa menyaksikan upacara pada Hari Raya Tumpek Landep ini. (Sudarsana,2003:15)

Sarana Upakara Pelaksanaan Tumpek Landep. Makna hari suci Tumpek Landep dapat dijelaskan sebagai berikut berdasarkan pada sumber – sumber sastra Agama Hindu serta dari makna yang terkandung didalam sebutan Pasupati. Kata Pasupati berasal dari kata “Pasu” dan “Pati” kemudian kata pasu dapat diartikan “Sato” dan untuk mendapatkan maknanya maka kata Sato dapat dihubungkan dengan Tattwa, menjadilah kata “Sattwa”. Sedangkan kata sattwa berasal dari suku kata “Sat” dan “Twa”,dengan demikian kata Sat dapat diartikan “Inti” sedangkan suku kata Twa dapat diartikan “Kebenaran”.

Demikian juga kata Pati dapat diartikan “Sumber” oleh karena itu maksud dari kata pasupati adalah “kekuatan yang timbul, tetap bersumber pada kebenaran”. Pada pelaksanaan upacara Tumpek Landep juga mempergunakan sarana Uparengga (simbul suci) yang bersifat tajam yaitu sebilah “senjata keris” karena keris ini memiliki tiga buah mata pisau yaitu pada :

Rai keris sebelah kanan sebagai nyasa simbol kekuatan Hyang Brahma memiliki kekuatan “Sakti”.
Rai keris sebelah kiri sebagai simbol kekuatan Hyang Wisnu memiliki kekuatan “Sidi”.
Pada ujung keris adalah sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Siwa memiliki kekuatan “Mandhi”.

Dari ketiga kekuatan tadi tidak hanya bersifat spiritual saja namun juga bersifat nyata, seperti kata “Sidhi” juga dapat diartika “Sidha” yang maksudnya kebersihan, sedangkan kata “Sakti” dapat diartikan “Sakta” yang dimaksudkan ada, dan kata “Mandhi” dapat diartikan “Mandha” yang maksudnya selalu mengalir. Dengan demikian segala bentuk anugrah dari Sang Hyang Widhi kedunia selalu bersifat “Wahya” dan “Diatmika” (sekala niskala), agar tetap terjaganya keserasian, keseimbangan dan keselarasan antara dunia dan akherat atau alam bhaka dan alam fana.

Sehubungan dengan simbol senjata keris tadi adalah merupakan budaya hindu yang mengandung nilai – nilai tattwa yang sangat tinggi dan sacral, karena setia ada kegiatan upacara hindu lebih sering disertakan dengan sebilah keris seperti upacara masang pedagingan, upacara tebasan penampahan, upacara pernikahan, upacara mepulang dasar bangunan suci, pada upacara nuntun Bhatara, Dewa Hyang, dan lain – lainnya. (sudarsana,2003:18)

Namun kenyataannya dizaman sekarang dikalangan umat hindu banyak umat yang tidak memiliki senjata keris karena warisan, kerisnya pun dijual dijadikan uang dan banyak keris – keris yang sakral berada pada orang – orang barat. Oleh karena itu, melalui tulisan ini penulis memohon dengan hormat kepada umat hindu agar kembali membudidayakan senjata keris.

Demikian juga mengenai pengertian umat hindu dimasa sekarang terhadap makna dari pelaksanaan Tumpek Landep sering kali dipersepsikan adalah hari pawetonan mobil, pengertian demikianlah keliru namun mobil tersebut boleh dibuatkan upacara pada hari tumpek landep tetapi nilai simbol agama yang berupa keris harus ada karena keris tersebut juga menyimpulkan adanya Tri Bhuwana di Bhuwana Agung (Bhur,Bwah,Swah) dan Tri Bhuwana yang ada di Bhuwana Alit (Sabda,Bayu,Idep). (dariberbagaisumber)(Religi, balipuspanews.com) (GA).